<data:blog.pageTitle/>

07 Mei 2008

Kiri Yang Mengerikan



Beberapa waktu yang lalu, di negeri yang konon kabarnya berdasar atas hukum ini terjadi sweeping besar-besaran terhadap buku-buku yang mereka anggap kiri. Secara demonstratif, kelompok yang sedang melakukan sweeping buku kiri tersebut memasuki toko-toko buku untuk mengambil dan kemudian membakar semua buku yang dianggap kiri tersebut. Dan lebih jauh lagi, gerakan seperti itu pada giliran berikutnya tidak hanya ditimpakan pada buku yang mereka anggap kiri, tapi sudah sampai pada praktek intimidasi dan pemberangusan terhadap kelompok-kelompok yang mereka petakan ada dalam kaum kiri. Dan ketika kita mencoba untuk bertanya ke mereka, siapakah yang harus disebut kiri ?, semuanya sepertinya agak gagap untuk menjawabnya.



Definisi golongan kiri
Pada kalangan masyarakat internasional, kaum kiri adalah kaum yang dalam (cara) berpikir, (cara) melihat dan menganalisa persoalan, ataupun (cara) perjuangannya menggunakan ajaran-ajaran Marx. Mereka adalah kaum yang sama sekali anti dengan kapitalisme dan fasisme.

Sedangkan di Indonesia (khusus semenjak rezim Soeharto berkuasa) sangat berbeda. Banyak orang yang memaknai bahwa kaum kiri adalah kaum marxis, dan kaum marxis adalah kaum komunis. Padahal sebagaimana pernah ditulis oleh Mangunwijaya, bahwa Lenin, Stalin, Muso, dan Aidit adalah murid-murid Karl Marx yang paling menyeleweng. Sementara berbicara tentang komunis di Indonesia, sedikit banyak kita sebenarnya juga sedang membicarakan tentang pergerakan yang dilakukan oleh Muso maupun Aidit. Jadi dalam sebuah alur pemikiran yang runtut, tidak tepat juga sebenarnya apabila ada pihak yang memastikan bahwa kiri adalah Marx, dan Marx adalah PKI, karena PKI adalah Muso dan Aidit, yakni "dua murid" Marx yang menurut banyak orang dikenal murtad pada sang guru.

Dan masih dalam sebuah tulisan si Romo, meskipun tesis Marx tidak semuanya benar, akan tetapi diakui ataupun tidak, pikiran-pikiran Marx telah membukakan mata sekaligus memberikan pelajaran-pelajaran berharga pada the founding fathers kita. Ini berarti bahwa karya besar Marx secara tidak langsung telah ikut mendorong terjadinya revolusi kemerdekaan di Indonesia. Atau dalam bahasa yang lain lagi adalah, bahwa Marx bukanlah orang Indonesia akan tetapi secara tidak langsung Marx telah ikut menyadarkan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaannya. Oleh karena itu, kalau saja kaum kiri adalah kaum yang harus dihabisi sementara the founding father kita (baik itu Soekarno, Hatta, Syahrir, dsb) adalah para kaum kiri tulen, lantas bagaimana sikap kita terhadap para pahlawan ibu pertiwi yang ternyata memang berhaluan kiri itu ?

Akan tetapi memang patut disayangkan, ketika rezim Soeharto mencoba membangun satu persepsi yang salah atas pendefinisian kaum kiri, kita semua tidak terlalu memiliki keberanian kolektif untuk melakukan pelurusan pada hal tersebut. Sehingga pada saat, ini kaum kiri adalah kaum yang radikal, kaum yang anti kemapanan, kaum yang atheis, kaum yang revolusioner, kaum yang suka kekerasan, kaum yang suka membuat teror bom, kaum yang tega membunuh para jenderal, kaum yang suka membuat kerusuhan, kaum yang berisikan para penghasut, kaum yang anti pembangunan, kaum yang anti Pancasila, kaum yang a-nasionalis, dan kaum yang harus diuber-uber serta wajib untuk dihabisi telah mengakar kuat di benak penduduk kita. Dan sampai saat ini juga, definisi para penatar P4 bahwa kiri adalah pasti PKI masih melekat erat di otak sebagian besar masyarakat negeri ini.

Sebagai sebuah kekuatan politik, kaum kiri telah menyatakan dengan tegas bahwa mereka adalah antithesa dari kekuatan kapitalis dan fasis. Namun demikian, walaupun dalam kaum kiri semuanya menggunakan ajaran Marx sebagai dasar- dasarnya, akan tetapi dalam barisan kaum kiri sendiri sering terjadi perbedaan-perbedaan penafsiran maupun pelaksanaan atas ajaran-ajaran Marx. Sebagai contoh bisa kita lihat pada kaum kiri di Indonesia, yang dalam pola-pola pengorganisasian maupun pelaksanaan perjuangan bisa berbeda-beda.


Kaum kiri Indonesia
Dari tulisan diatas muncul pertanyaan, siapakah kaum kiri Indonesia ?.
Dari beberapa sumber bacaan, secara sederhana ada beberapa kelompok kekuatan di Indonesia yang bisa dikategorikan kiri. Kiri pada konteks ini adalah kiri yang definisinya berbeda dengan definisi para Penatar P4. Kaum kiri disini kita maknakan dalam arti yang sesungguhnya, bahwa kaum kiri adalah kaum yang menggunakan ajaran Marx sebagai pisau analisanya serta kaum yang anti seratus persen terhadap apa yang disebut kapitalisme dan fasisme.

Beberapa contoh yang dapat saya sampaikan disini misalnya adalah kaum komunis, kelompok sosialis, para murbais, dan barisan marhaenis, serta barisan- barisan lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu- persatu.
Setelah membaca contoh diatas, seketika itu pasti akan banyak orang bertanya-tanya, apakah benar mereka adalah para kaum kiri ?. Jangan- jangan tulisan ini hanyalah sebuah bentuk agitasi ataupun propaganda yang sengaja dilakukan oleh sisa- sisa PKI yang masih ada dalam rangka membangkitkan kekuatannya kembali. Dan bagi saya kegalauan ini sangat wajar muncul apabila perspektif mereka dalam memandang kaum kiri masih menggunakan frame politik rezim Soeharto. Kenapa saya katakan wajar ?. Seperti apa yang saya katakana sebelumnya, bahwa rezim Soeharto telah dengan gemilang berhasil membangun sebuah persepsi yang salah atas penafsiran kaum kiri. Dan itu mereka lakukan dengan penuh keseriusan sebagai satu bentuk langkah politik yang strategis, karena rezim Soeharto dalam praktek kekuasaanya kemarin jelas-jelas merupakan sebuah kekuatan yang benar- benar kapitalis dan fasis, halmana kekuatan kapitalis dan fasis ini merupakan musuh besar dan musuh utama dari seluruh kaum kiri.

Oleh karena itu, kalau saja kaum kiri adalah kaum yang memang harus dihabisi, lantas pertanyaan saya yang muncul adalah “ Apakah seluruh komponen bangsa ini telah menginginkan satu bentuk negara yang fasis dan kapitalistik ? “


Memproporsionalkan Kiri
Dari tulisan singkat diatas, pertanyaan saya berikutnya adalah, akankah kita semua tetap akan menghabisi seluruh kaum kiri ?. Apabila memang ya sebagai jawabannya, maka bahwa kekhawatiran nusantara akan dikuasai oleh kekuatan kapitalis dan fasis sebentar lagi akan menjadi sebuah kenyataan. Namun apabila tidak sebagai jawabannya, lantas sikap apa yang harus kita ambil dalam merespon kondisi diatas ?

Dalam pemikiran hemat saya, menempatkan kekuatan kiri dalam porsi yang sebenarnya adalah sebuah pilihan sehat dari seorang warga bangsa yang bijak. Ini berarti bahwa memberangus buku-buku yang dianggap kiri adalah sebuah keputusan yang bukan hanya keliru, akan tetapi dari sudut implikasinya keputusan tersebut justru akan membawa generasi mendatang menjadi sebuah generasi yang sesat pikir dan sesat langkah. Mengapa demikian ? Karena mengajak seseorang untuk menolak sesuatu yang sudah diketahui jauh lebih baik daripada mengajak seseorang untuk menolak terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.

Dan sebagai akhiran dari tulisan ini, jika kita sepakat bahwa kiri adalah sebuah kekuatan yang akan menentang habis kekuatan kapitalis dan fasis serta selalu menolak segala bentuk exploitation de lhome parlhome, maka apabila dihadapan kita sekarang ada muncul kelompok kiri tentu pernyataan kita adalah………………siapa takut!


(Tulisan ini dibuat ketika di bumi pertiwi ini sedang terjadi gerakan pemberangusan yang cukup marak terhadap kelompok dan buku-buku yang dianggap kiri)



1 Komentar:

Pada 17 Juni, 2008 13:15 , Blogger Profile Organisasi mengatakan...

bagus euy tulisannya..

mas soni saya minta ijin untuk copi tulisannya..
buat referensi anak2 GMNI BAndung (khususny komisariat UPI).

bougile
sekretaris cabang GMNI Bandung

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda


Free chat widget @ ShoutMix