<data:blog.pageTitle/>

06 Mei 2007

Polisi Tangkap Aktivis GMNI

Nasional

Sabtu, 29 Januari 2005 | 07:02 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Sejumlah komponen mahasiswa tadi sore berdemonstrasi di depan Istana Negara. Mereka mengkritisi jeleknya kinerja pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, selama 100 hari pertama.

"Kami berkumpul dulu di Indosat, lalu jalan ke Istana diikuti sebanyak 500 massa," kata Sekjen Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) Sony Tri Danaparamita kepada Tempo semalam. Menurut dia, aksi itu melibatkan 26 elemen antara lain dari GMNI, Kontras, PRD, dan Serikat Tani Nasional.

Di tengah aksi itu, kata Sony, seorang aktivis bernama, Monang Tambunan, ditangkap polisi. Awalnya, anggota Presidium GMNI itu melakukan orasi di atas kendaraan. "Tiba-tiba datang polisi yang membawanya sambil mengatakan bahwa semua akan dibicarakan di Polres Jakarta Pusat," kata Sony.

Monang berasal dari Sumatera Utara. Pada awal karier politiknya menjabat sebagai Presiden GMNI cabang Medan. Mulai 2003 menjadi pengurus pusat.

Petugas jaga Polres Jakarta Pusat, Briptu Eko membenarkan adanya tahanan bernama Monang Tambunan. "Penangkapannya siang tadi. Tepatnya saya tidak tahu karena saya piket sore," katanya ketika dihubungi Tempo. Dia tak mau memberi keterangan lebih lanjut, karena mengaku bukan wewenangnya.

Asep Yogi Junaedi

Baca Selengkapnya...

JPU: Salah Ketik Dakwaan Aktivis GMNI Bukan Hal Fatal

Atiek Nur Hidayati - detikinet


Jakarta - Jaksa Penuntut Umum (JPU) menilai salah ketik dalam dakwaan terhadap aktivis GMNI Monang Tambunan, terdakwa penghinaan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bukan merupakan hal yang fatal. Kesalahan itu merupakan ketidaksengajaan.

Hal itu disampaikan JPU yang dipimpin Edi Saputra, dalam sidang Monang Tambunan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl. Gajah Mada, Jakarta, Senin (14/3/2005). Sidang diisi tanggapan JPU terhadap eksepsi terdakwa dan penasihat hukum.

Monang dan kuasa hukumnya dalam eksepsi sebelumnya mempersoalkan salah ketik dalam dakwaan. Menurut Monang, salah ketik itu meliputi tahun kejadian perkara penghinaan yang ditulis 29 Januari 2004, padahal seharusnya yang benar 29 Januari 2005.

Selain itu, salah ketik juga terjadi pada penulisan identitas, yakni umur dan alamat. Umur Monang seharusnya 26 tahun tapi ditulis 24 tahun. Sedangkan alamat seharusnya Jl. Jengkol, tapi ditulis Kampung Jengkol.

"Salah pengetikan itu bukan hal yang fatal karena sudah ada nomor registrasi yang benar sesuai tahun yakni 2005," kata Edi Saputra.

Edi kecewa dengan keputusan hakim yang menunda sidang hingga 17 Maret 2005 karena salah ketik itu. Salah ketik itu, katanya hanya merupakan ketidaksengajaan. "Tak mungkin karena hanya ketidaksengajaan sidang ditunda. Keadilan tetap harus ditegakkan," katanya.

Sementara itu, sejumlah anggota GMNI yang menghadiri sidang itu membagi-bagikan selebaran yang isinya meminta Monang dibebaskan. Menurut GMNI, pasal 134 KUHP tentang penghinaan terhadap Kepala Negara yang dijeratkan pada Monang hanya merupakan kepentingan penguasa. GMNI menuntut agar pasal 134 KUHP itu dicabut.

Sekjen GMNI, Sonny Tri Danaparamita menyatakan perkataan Monang yang menyebut Presiden SBY sebagai "babi" dan "anjing" merupakan hal biasa.
"Itu hal biasa yang sering dilakukan di lingkungan di GMNI. Babi itu singkatan bapak bingung. Dan anjing itu kiasan terhadap kebijakan pemerintah," kata Sony. ( iy )

Baca Selengkapnya...

Presidium GMNI ke Istana Negara

Pengururs Presidium GMNI memberi keterangan kepada wartawan seusai diterima Presiden, Selasa (13/6) siang. (foto: herwin/presidensby.info)
Pengururs Presidium GMNI memberi keterangan kepada wartawan seusai diterima Presiden, Selasa (13/6) siang. (foto: herwin/presidensby.info)

Jakarta : Presiden Susilo Bambang Yudhyono, Selasa (13/6) siang, menerima Ketua Presidium GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), Wahyuni Refi, beserta pengurus hasil kongres Medan maupun hasil kongres Manado. Kepada Presiden, mereka melaporkan rencana Kongres Persatuan GMNI yang akan berlangsung 26-30 Juni 2006, di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka-Belitung.

Menurut Wahyuni, dalam pertemuan dengan Presiden antara lain disinggung Pancasila dan soal demokrasi. Kedua hal ini, lanjut Wahyuni, akan menjadi agenda dalam Kongres GMNI nanti.

Sonny T Danaparamita, Sekjen GMNI versi Kongres Manado menambahkan, Kongres Persatuan GMNI di Pangkal Pinang nanti juga akan mempersatukan kembali kedua kubu, yakni kubu hasil Kongres Medan dan kubu hasil Kongres Manado. "Presiden SBY mendukung pengembangan organisasi kepemudaan, karena tongkat estafet pemegang kepemimpinan tetap ada di tangan pemuda,” kata Sonny. (win)

Baca Selengkapnya...

Ormas-Ormas Islam Terbentur Tembok

Oleh Abdullah Ubaid Matraji

Saat membuka acara International Conference of Islamic Schoolar (ICIS) II, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono melontarkan statemen tegas soal hubungan Islam dan Barat. Presiden SBY, begitu dia biasa disapa, berangkat dari suatu kenyataan bahwa Indonesia adalah negara yang berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Karena itu, menantu almarhum Letjen TNI Sarwo Edi Prabowo ini menganjurkan umat Islam Indonesia agar mencerminkan nilai dan prinsip Islam yang cinta damai, dan tidak memandang Barat dengan pendekatan sentimentil.

Mengapa SBY sampai berbicara begitu? Hemat saya, Sang Presiden ingin memaparkan kepada peserta konferensi, bahwa tindakan terorisme dan aksi-aksi kekerasan yang belakangan ini marak di Indonesia memang benar-benar terjadi dan tidak mungkin ditutup-tutupi. Ini adalah persoalan riil problem kebangsaan. Masyarakat Indonesia yang dulu dikenal akur, bersatu, dan toleran, kini berubah wajah menjadi momok yang sangar dan menakutkan.

Dengan mencatut legitimasi agama, orang dengan seenaknya menghakimi orang lain, merusak tempat ibadah, menebar kebencian, saling fitnah, saling tikam, dan saling bunuh-membunuh. Tregedi demi tragedi terus bergiliran. Mulai dari tragedi berdarah di Maluku, Sulawesi, Aceh, sampai dengan teror bom bunuh diri di tempat-tempat khalayak. Sekejap, pandangan mata dunia Internasional tertuju pada Indonesia yang berubah menjadi negara seram dan sangar. Negara-negara Barat berebut mengeluarkan travel warning kepada warganya agar tidak melancong ke Indonesia.

Anehnya, begitu beberapa pelaku aksi kekerasan itu tertangkap, dengan enteng mereka berdalih: saya hanya beramar makruf nahi munkar, mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran. Saya tidak habis pikir, satu misal ketika melihat di televisi, salah satu tersangka peledakan bom di Bali, Imam Samudra alias Abdul Aziz, dengan tangan diborgol dan dijaga dengan ketat dia senyam-senyum di depan kamera dengan mengumbar jargon Allahu Akbar.. Allahu Akbar.., Allah Maha Besar, dan juga mengatakan jihad fi sabilillah, berjuang di jalan Allah. Ironis sekali, nama kebesaran Tuhan dieksploitir menjadi martir penebar teror dan pencabut nyawa.

Kelompok-kelompok ini, di Indonesia, biasa disebut-sebut sebagai kelompok Islam fundamental atau radikal. Mereka memang sering kali mengeksploitasi doktrin-doktrin agama, baik dari al-Qur’an atau Hadis, sebagai pembenar langkah. Karenanya, belakangan ini, banyak orang-orang di luar Islam yang takut atau ngeri melihat masyarakat Islam. Jamaknya kita kenal dengan istilah ‘Islamphobia’, ketakutan kepada Islam.

Untung saja presiden SBY memahami ini. “Kita harus berbuat lebih cermat dan tegas untuk memerangi gelombang Islamophobia yang tampaknya sedang berkembang,” begitu katanya pada forum ICIS II di Hotel Borobudur, Jakarta, tanggal 20 Juni lalu.

***

Kelompok-kelompok tersebut diwadahi oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) yang beragam. Titik temunya adalah ihwal penyelesaian masalah. Jalan yang acap ditempuh adalah jalur kekerasan. Ormas yang disebut-sebut presiden SBY sebagai penebar kekerasan adalah Front Pembela Islam (FPI), Front Betawi Rempug (FBR), dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Demikian seperti dikutip oleh Sekjen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Sonny T. Danaparamita usai bertemu presiden di istana negara kepada wartawan.

Gara-gara tindakan yang selalu main hakim sendiri itu, ketua umum FPI Habib Rizieq kena getahnya. Tahun 2003, ia divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dengan hukuman tujuh bulan penjara. Bukti kuat kesalahan Rizieq adalah adanya surat tertanggal 5 Mei 2000 yang ditandatanganinya selaku ketua umum. Dalam surat itu, tertulis instruksi yang ditujukan pada seluruh anggota FPI untuk melakukan gerakan anti maksiat dengan menutup dan memusnahkan tempat maksiat.

Tapi, nampaknya Rizieq tidak pernah kapok. Begitu keluar, ia meneruskan kebiasaan lamanya itu, hingga kini. Misal, dua tahun silam, Lasykar FPI menyerbu dan merusakkan pintu gerbang depan pekarangan Sekolah Katolik Sang Timur Tangerang Banten. Mereka datang sambil mengacung-acungkan senjata, berteriak-teriak, dan memerintahkan para Suster yang dianggap kafir itu agar menutup sekolah Sang Timur. Baru-baru ini, akhir Mei lalu lasykar FPI Bekasi merusak warung remang-remang di Kampung Kresek Jatisampurna Bekasi. Dengan modal senjata pentungan kayu, mereka mengobrak-abrik sebelas warung. Saat petugas keamanan setempat berusaha menghadang penyerangan itu, mereka malah ditantang.

Nasib sama juga dialami amir Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba’asyir. Tanggal 3 Maret tahun kemarin, ia dinyatakan bersalah atas konspirasi serangan bom tahun 2002 di Bali, yang memakan korban sedikitnya 202 orang meninggal dan 209 orang cedera. Ia didakwa sebagai pemimpin besar Jama’ah Islamiyah (JI) yang memotivasi sejumlah pemboman di tanah air. Karena itu, ia dijatuhi hukuman dua tahun enam bulan (30 bulan) penjara. Dan baru tanggal 14 Juni lalu, ia dibebaskan.

Jama’ah Islamiyah ini berdiri sekitar Januari 1993, setelah organisasi Negara Islam Indonesia (NII) atau Darul Islam (DI)/Tentara Islam Indonesia (TII) pecah. Tokoh gerakan NII Abdullah Sungkar bersama Ba’asyir pernah melarikan diri ke Malaysia, Februari 1985. Pada saat itulah mereka mulai merintis JI. Menurut pengakuan salah seorang mantan pimpinan JI Nasir Abbas yang juga veteran pejuang Afganistan, Sungkar adalah pemimpin besar JI sebelum Abu Bakar Ba'asyir.

Hingga kini, keberadaan organisasi ini terbilang masih misterius. Orang-orang JI disinyalir punya hubungan dekat dengan kelompok Al-Qaeda pimpinan Osamah bin Laden di Afganistan.

Selain FPI dan MMI, seperti yang disebut-sebut presiden di atas, ada juga Forum betawi Rempug (FBR). Belum lama ini, Pebruari tahun lalu, puluhan orang berseragam FBR mengkroyok pedagang Pasar Senen Jakarta Pusat. Korbannya bernama Waridin, salah seorang pedagang. Insiden ini bermula dari salah paham urusan jual beli. Terus berkembang pada cekcok dan adu fisik. Adu jotos itu terjadi pagi hari antara pedagang dengan tiga anggota FBR.

Dan pada 10 Mei lalu, ratusan massa dari FBR bentrok dengan warga suku Madura. Tepatnya di Jembatan Dempet, perbatasan Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, dengan Sumur Batu, Jakarta Pusat. Tawuran ini dipicu oleh perselisihan sepele terkait perebutan ‘timer’ angkutan umum. Massa Madura yang bersenjata tajam dan kayu balok itu tawur dengan massa FBR yang bersenjata samurai dan balok kayu.

Ada lagi kejadian di bulan Mei. Tanggal 23, mantan presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid diusir oleh ormas Islam yang mengatasnamakan dirinya dari FPI, MMI, FUI (Forum Ulama Islam) dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Saat itu, Gus Dur, panggilan akrabnya, menghadiri acara “Dialog Lintas Agama dan Etnis” di Purwakarta Jawa Tengah. Mereka menolak kehadiran Gus Dur, karena dianggap telah menistakan agama.

***

Atas aksi-aksi kekerasan yang marak itu, Presiden SBY menegaskan, bahwa pemerintah akan menindak tegas ormas yang bersikap anarkis. Di samping itu, pemerintah juga berniat untuk merevisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. (13/6).

Ismail Yusanto, juru bicara HTI, merespon keras pernyataan SBY. “Kami akan melawan sekuat tenaga kalau HTI dibubarkan. Kami punya hak untuk berpendapat dan berkumpul sebagai warga negara,” tegasnya kepada media. Pada kesempatan yang berbeda, ketua umum FPI Habib Riziq menyatakan, “Sebelum dibubarkan, sebaiknya pemerintah mengajak dialog terhadap ormas-ormas yang dianggap anarkis.”

Bahkan, Rizieq balik menuduh. Ia justru khawatir dan merasa terancam dengan munculnya kelompok yang disebutnya sebagai ‘komparador Amerika Serikat’ melalui LSM-LSM yang ada di Indonesia. Menurutnya, LSM-LSM itu dibiayai oleh Amerika Serikat dan malah sudah akan dilatih sebagai milisi sipil. “Mereka ini sangat berbahaya karena menjual negara ke asing. Sedangkan ormas-ormas Islam meski radikal tidak akan pernah menjual negara ini,” paparnya.

Ya.. begitulah dilema religiusitas di Indonesia. Hingga artikel ini ditulis, pemerintah Indonesia masih menakar persoalan ini. Belum ada langkah kongkrit yang sudah dijalankan untuk keluar dari soal ini. Semuanya masih dalam proses. Semoga saja perdamaian dan toleransi tersemai (kembali) di bumi merah putih.
Amiin.[]

Baca Selengkapnya...

Presiden Akan Buka Kongres GMNI XV

Pangkal Pinang, CyberNews. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan membuka Kongres Persatuan XV Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Selasa malam (27/6).

"Menurut rencana Presiden pukul 20.00 WIB akan membuka Kongres XV GMNI yang bertema, bersatu memperkuat NKRI," ujar Ketua Presidium GMNI Wahyuni Refi di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Selasa.

Menurut rencana turut hadir dalam acara pembukaan Kongres GMNI itu antara lain Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Adhyaksa Dault, Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga dan Ketua Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyowinoto.

Wahyuni Refi mengatakan, Kongres Persatuan GMNI XV akan digelar mulai 28 Juni hingga 1 Juli di Tanjung Pesona. Pada kesempatan itu, para kader GMNI sekaligus akan menegaskan komitmen kebangsaan dan mengajak seluruh elemen masyarakat menegakkan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. "Kita ingin menjadikan bangsa ini milik bersama," ujarnya.

Refi menambahkan kongres GMNI kali ini dinilai bersejarah karena merupakan ajang konsolidasi organisasi GMNI.

Kepemimpinan GMNI pada 2001 terpecah dua. Satu sisi ada GMNI hasil Kongres XIV 1999 di Kupang yang dipimpin Bambang Romada, sementara di lain pihak terbentuk Presidium GMNI pimpinan Sonny T Danaparamita hasil Kongres Luar Biasa GMNI 2001 di Medan.

Kongres persatuan ormas mahasiswa berlogo banteng ini diikuti sekitar 500 peserta dari 92 dewan pimpinan cabang (DPC) dan enam koordinator daerah (Korda) seluruh Indonesia.

( miol/cn09 )

Baca Selengkapnya...

Pemerintah akan Tindak Tegas Ormas Anarkistis

Jakarta,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mene­gaskan pemerintah akan menin­dak tegas ormas yang bersikap anarkistis.

Menurut Sekretaris Jenderal Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kongres Luar Biasa Medan Son­ny T Danaparamita, Presiden Yudhoyono memastikan ormas­-ormas yang bertindak anarkistis itu akan ditertibkan dan diberi sanksi sesuai peraturan perun­dang-undangan yang berlaku.


"Presiden sudah memerin­tahkan jajarannya di kabinet un­tuk menyelesaikan hal itu”, ujar Sonny usai diterima Presiden di kantornya, Jakarta, kemarin.


Sonny menjelaskan ormas-or­mas yang dimaksud itu adalah armas-ormas berlabel agama, se­perti Front Pembela Islam, Ma­jelis Mujahidin Indonesia, dan Forum Betawi Rempug.


Sementara itu, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla meminta organisasi masyarakat (ormas) Islam memperbaiki citra mere­ka dalam kiprahnya dengan cara meninggalkan hal-hal yang ber­bau kekerasan.


"angan sampai nanti citra Is­lam jelek akibat tindakan yang merugikan dan merusak", kata Wapres seperti dikutip Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim Tuty Alawiyah usai diterima Wapres di kantor Wapres Jakarta, kemarin.


Wapres, kata Tuty, menyam­but positif berbagai kegiatan yang dilakukan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) dalam pembangunan masyarakat Indonesia dan tidak ikut-ikutan berbuat kekerasan.


Menanggapi rencana peme­rintah untuk mengambil sikap tegas terhadap armas-ormas yang melakukan tindakan anar­kistis, Tuty Alawiyah mengata­kan pihaknya tidak setuju de­ngan tindak kekerasan semacam itu. "Tetapi saya juga tidak setu­ju pembubaran ormas". (Wis/Msc/P-3)

[Media Indonesia] Baca Selengkapnya...

Presidium GMNI Disidang dalam Kasus Penghinaan Presiden

Reporter : Mansur A Razak

JAKARTA--MIOL: Kasus penghinaan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan terdakwa Monang Yohanes Tambunan alias Monang, Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mulai disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Sidang dipimpin Ketua Majelis Hakim Cicut Sutiarso. Agenda sidang adalah pembacaan dakwaan dari jaksa Edi Saputra dan Ledrik VM Takaendengan.

Sidang kasus penghinaan kepala negara itu diwarnai aksi demontrasi puluhan aktivitas GMNI. Mereka menuntut terdakwa dibebaskan dari segala dakwaan.

Dalam pernyataan sikap GMNI yang ditandatangani Sekjen GMNI Sonny T Danaparamita, GMNI juga menuntut Presiden SBY dan Wapres Jusuf Kalla dibebas tugaskan dari jabatannya.

Ruangan sidang juga dipadati pengunjung dari aktivis GMNI.

Dalam dakwaannya, jaksa menuduh terdakwa menghina presiden SBY saat berorasi dalam aksi demonstrasi menyampaikan tuntutan 100 hari kinerja pemerintahan SBY. Unjuk rasa itu dilakukan pada 26 Januari 2005 di depan Istana Negara Jl Medan Merdeka Utara, dengan jumlah massa sekitar 1.000 orang.

Dalam aksi demonstrasi itu, menurut jaksa, terdakwa membawa mobil pikup B 9740 abu-abu. Dalam orasinya, terdakwa yang menggunakan pengeras suara terdiri dari 13 unit pengeras suara dan satu unit piranti tata suara melontarkan kata-kata kasar sambil dikuti dengan meludah.

Jaksa menjelaskan SBY adalah presiden terpilih berdasarkan keputusan KPU nomor: 98/SK/KPU/2004 tanggal 4 Oktober 2004 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. "Dan telah dilantik di hadapan MPR pada 20 Oktober 2004."

Atas perbuatannya, terdakwa dijerat Pasal 134 dan Pasal 136 KUHP jo Pasal 134 KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara. (X-9)

Baca Selengkapnya...


Free chat widget @ ShoutMix